Jumat, 01 April 2011 | By: Ahmad's

Peluang dan Tantangan Dakwah

Peluang dan Tantangan Dakwah dalam Masyarakat Informasi: Pendekatan Materi  dan Metodologi 

Menyikapi judul diatas maka ada beberapa aspek yang harus kita rincikan, agar dapat memahami apa yang dimaksud, diantaranya:
A.    Abstraksi Masyarakat Informasi
Disadari atau tidak, manusia kini ada dalam kondisi global dan era reformasi, kehidupan semakin mendekat antara satu dengan yang lain, tidak ada yang dapat menghindari dari kecenderungan ini termasuk umat beragama. Secara global makin tampak proses enkulturasi dan alkulturasi nilai moral dari timur ke masyarakat barat, sedangkan di timur terjadi enkulturasi dan alkulturasi pemikiran barat kedalam masyarakat timur dan juga hedonisme barat, tidak terkecuali pada masyarakat Indonesia yang mengabaikan kehidupan beragama akibat dari  kehidupan hedonistik.
Memasuki milenium baru, dunia dakwah sedang menghadapi tantangan baru yang sifatnya lebih sistematik. Pengkajian kembali tentang pengertian, ruang lingkup, dan metode dakwah perlu terus dilakukan. Dakwah diera reformasi dimana dunia semakin didalan sebuah masyarakat yang tanpa batas dan umat manusia hidup didalam dunia yang semakin menciut kadar keimanannya. Terutama disebabkan oleh lajunya perkembangan teknologi, komunikasi, informasi, dan transformasi. Adapun kunci dari keberhasilan dalm pengembangan dakwah diera reformasi tidak lain ialah denagn pemanfaatan manajemen dakwah modern. [1]
B.     Realitas Dakwah Modern Sebagai Sebuah Peluang
Lahirnya berbagai peralatan teknologi dalam bidang penyiraan: radio, televisi, percetakan, telekomonikasi dan yang terakhir internet, telah memberi harapan baru bagi aktivis dakwah untuk sekala global. Seiring dengan itu maka muncullah istilah televangelism, teledakwah, e-dakwah dan lain-lain. Harapan ini memang sangat menjajikan, ini dikarenakan skop dakwah melalui signel tersebut jangkauannya sangat luas dan mendunia, bagaikan kata pepatah sekali terdayung dua-tiga pulau terlewati. [2]
Dalam konteks ini, harapan yang ditawarkan oleh teknologi media untuk kepentingan dakwah-dakwah agama perlu dicermati dengan bijak, sehingga sarana yang ada dapat diakomudir dengan tepat sasaran dan terhindari dari efek negatif  yang timbul secara seporadis. Dakwah dalam media bisa hadir dalam berbagai segmen yang intinya mengulas tentang isu relegius dalam berbagai sisi, baik di media cetak maupun media elektronik. Talk show, artikel dan teleconference keagamaan adalah beberapa contoh wajah baru dakwah agama yang tampil dalam teknologi media yang dapat membentuk citra dan sekaligus memperluas jangkauan audiens dakwah, tidak hanya mereka yang seagama, namun juga kepada pemeluk agama lain.
Di sisi lain para da'i dituntut agar peka dengan setiap isu yang muncul disamping bisa menguasai manajemen dalam mengelola media yang ingin ditranfer ide dakwah. Dengan demikian, tingkat penyebaran nilai-nilai agama menjadi lebih luas dan singkat waktu, minimal dalam tataran informatif. Orang-orang dapat mengambil banyak manfaat dari maraknya program agama Islam di radio, televisi, koran dan internet, dimana sebahagiannya sibuk tidak sempat menghadiri majelis taklim. Hadirnya nilai-nilai agama dengan perantaraan teknologi media tersebut sangat membantu mereka dalam menjaga kontinuitas keberagamaannya.   
Dakwah melalui media massa seperti di radio, televisi, koran memang sangat menghematkan waktu dan sasaran yang ingin dicapaipun lebih banyak, namun biaya yang dikeluarkan tidak sedikit bahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah. Akan tetapi hadirnya dunia internet dengan akses selama 24 jam ternyata memberi solusi kepada dunia dakwah hari ini, anda tidak perlu mereguh kocek sampai jutaan, cukup lima ribuan satu jam anda dapat mentranfer bermacam dokumen, artikel, makalah, ceramah ke dunia siber baik dalam bentuk audio atau video.
C.    Dialektika Teknologi
Sebuah teknologi tentu datang dengan dialektikanya sendiri. Ada sisi baik dan ada sisi buruk. Sikap skeptis yang menolak sebuah teknologi apalagi mengharamkannya lantaran tidak dipahaminya bukanlah sebuah tindakan yang bijak. Namun juga tidak lantas menerima mentah-mentah semua teknologi yang ada tanpa ada filterisasi yang standar.
Disadari atau tidak, teknologi informasi kini telah berkembang begitu pesat dan telah merambah ke hampir setiap sisi kehidupan. Perkembangan ini memaksa manusia terutama kaum muslimin, menjadi lebih kreatif. Memang teknologi informasi ini, sebagaimana teknologi yang lain juga datang dengan dua sisi yang berbeda, yang dari sudut pandang akidah Islam, sangat diametral. Dimana seakan-akan dunia dakwah Islam pada satu sisi dan dunia anti dakwah Islam pada sisi yang lain, keduanya saling produktif. 
Dialektika inilah yang harus dipahami oleh para da'i dalam mengelola website nya di internet. Pemanfaat teknologi ini sangat penting di era globalisasi sekarang, jika tidak praksi kejahatan dengan segala fasilitas dan kepakaran yang mereka miliki siap menyuguhkan informasi yang menggiurkan, yang pada akhirnya praksi kebenaran kalah bersaing di pentas dunia maya. [3] 
Pada dasarnya masalah dialektika teknologi ini dalam penyebaran nilai-nilai agama juga dihadapi oleh komunitas agama lain, seperti kekhawatiran seorang cendekiawan Kristen berikut: "Tetapi teknologi baru, dan komunikasi yang dimungkinkannya, bersifat ambigu (dua-arti): teknologi tersebut sama-sama dapat meneruskan atau merusak impuls-impuls profetik". [4] Namun disamping kekhawatiran dan masalah yang muncul, di sisi lain, kita tidak bisa menutup mata bahwa teknologi memberikan banyak manfaat positif  bagi manusia. Hanya saja sejauh mana manusia tersebut dapat beradaptasi dengan dunia maya tersebut.
D.    Perlunya Revitalisasi Dakwah dalam Menghadapi Tantanagn Dakwah bagi Masyarakat Informasi
Revitalisasi dakwah merupakan proses penguatan kembali langkah-langkah dakwah baik yang bersifat kuantitas maupun kualitas dalam seluruh aspek kehidupan menunju terwujudnya kehidupan yang Islami. Peningkatan intensitas (kuantitas) dan kualitas dakwah yang semakin tinggi dan maju, diharapkan agar dakwah benar-benar berpengaruh langsung dalam membentuk kehidupan masyarakat yang Islami. Dengan kehidupan masyarakat yang Islami maka akan terbentuk masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Revitalisasi dakwah pada saat ini dan masa datang menjadi sangat penting mengingat berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi.
1.      Pertama, masalah-masalah yang tumbuh di masayarakat semakin kompleks dan meluas seperti krisis moral di berbagai bidang kehidupan, kekerasan dalam bermacam-macam bentuk, perilaku sosial yang semakin beraneka-ragam lepas atau semakin menjauh dari nilai-nilai keagamaan, penindasan manusia atas manusia dalam beragam corak, pengrusakan lingkungan dan alam kehidupan yang semakin semena-mena, dan berbagai penyakit kehidupan lainnya dari yang terselubung hingga terang-terangan. Itulah gambaran dari kehidupan yang anomali (penuh penyimpangan) dan mengalami disorientasi (keterputusan nilai dan arah kehidupan), sehingga manusia semakin menyerupai perilaku hewan yang buas tetapi cerdik, bahkan dalam Al-Quran dikatakan ”bal hum adhallun”, malahan jauh lebih ganas ketimbang binatang.
2.      Kedua, semakin berkembangnya berbagai pemikiran yang kestrem atau radikal dari yang cenderung radikal konservatif-fundamentalistik hingga radikal liberal-sekularistik, yang menimbulkan pertentangan yang kian tajam dan hingga batas tertentu kehilangan jangkar teologis dan moral yang kokoh dalam menghadapi gelombang kehidupan modern yang dahsyat. Setiap radikalisme atau ekstrimitas apapun bentuknya selalu melahirkan ketimpangan dan mengundang banyak benturan. Ekstrem konservatif memang memberi peneguhan pada kemapanan beragama, tetapi menjadi naif dan kehilangan kecerdasan dalam menghadapi kehidupan yang serba kompleks. Esktrem liberal memberi horizon yang cerdas atau luas tetapi sering kehilangan pijakan nilai dan moral yang kokoh sehingga memberi ruang pada sekularisasi bahkan nihilisme kehidupan. Di sinilah pentingnya wawasan baru pemikiran dan gerakan dakwah yang berdimensi pemurnian (purifikasi) sekaligus pembaruan (tajdid, dinamisasi) yang harus semakin kaya (bergizi tinggi) tanpa harus terseret pada polarisasi yang ekstrem.
3.      Ketiga, semakin berperan dan meluasnya para juru dakwah kontemporer di media massa elektronik dan majelis-majelis taklim yang mempengaruhi ruang publik umat sedemikian rupa. Kehadiran dakwah media-elektronik dan majelis-majelis taklim maupun majelis-dzikir yang menguasai ruang publik umat dan masyarakat saat ini seungguh merupakan fenomena baru yang berhasil menggeser peran-peran dakwah konvensional yang selama ini dilakukan oleh organisasi-organisasi Islam besar seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Persatuan Islam, Dewan Dakwah Islam Indonesia, Al-Irsyad, dan lain-lain. Memang fenomena dakwah kontemporer tersebut merupakan hal positif dan bahkan dapat dijadikan kekuatan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiq al-khairat). Namun di sisi lain juga memunculkan dampak berupa agama yang cenderung ”instan”, tak ubahnya obat generik yang sekadar memblok rasa sakit. Tetapi dakwah yang seperti itu apapaun kekurangannya kini jauh lebih populer dan mengalahkan model-model dakwah maupun sosok juru dakwah gaya lama. Di sinilah pentingnya pembaruan model dakwah di tengah tuntutan pasar yang sedemikian dihinggapi budaya populer tetapi harus bersifat mencerdaskan, mencerahkan, dan membebaskan.
4.      Keempat, semakin berperannya media massa baik cetak apalagi elektronik dalam mempengaruhi, membentuk, dan mengubah orientasi hidup manusia modern saat ini. Dengan kata lain media massa modern tersebut sebenarnya telah menjelma menjadi ”organisasi dakwah” yang berwajah lain, sekaligus menjadi pesaing tangguh organisasi-organisasi dakwah Islam yang selama ini berkiprah di belantara kehidupan umat dan masyarakat. Pengaruh dan daya jelajah media massa bahkan sangat spektakuler, sehingga dalam hitungan detik per detik dapat menjangkau setiap relung kehidupan manusia di mana pun dan kapan pun tanpa harus permisi atau minta idzin. Televisi misalnya secara anarkhis atau bebas sebebas-bebasnya dapat langsung mengunjungi balita, remaja, orangtua, dan sispapun tanpa harus ketuk pintu. Hal itu sangat berbeda dengan kegiatan dan langkah organisasi dakwah yang konvensional, yang datang ke rumah siapapun harus minta idzin terlebih dulu. Televisi bukan hanya dapat dengan sekejap membangkitkan orang untuk hidup, tetapi pada saat yang sama dapat membunuh orang tanpa prosedur apapun. Di sinilah kedahsyatan peran media massa modern, yang menjadi lawan tanding gerakan-gerakan dakwah, sekaligus sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai alat dakwah paling canggih.
E.     Aplikasi Pendekatan Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran
tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus mencermati firman Allah Swt yang berikut: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”        (An-Nahl :125)
Dari ayart tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang
menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu ; Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, meode mujadalah billati hia ahsan.
Ketiga metode dakwah tersebut kemudian diaplikasikan dalam berbagai pendekatan, diantarnya yaitu
a. Pendekatan Personal; pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu
antara da’i dan mad’u langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung diketahui.
b. Pendekatan Pendidikan; pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembaga-lembag pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman.
c. Pendekatan Diskusi; pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan, dai berperan sebagai nara sumber sedang mad’u berperan sebagai undience.
d. Pendekatan Penawaran; cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga madu ketika meresponinya tidak dalam keadaan tertekan bahkania melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam.
e. Pendekatan Misi; maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman tebaga para dai ke daerah-daerah di luar tempat domisisli.
F.     Pembaharuan Dakwah melalui Pendekatan Sederhana Materi dan Metodologi Dakwah
Mengingat pelbagai masalah, tantangan, dan kecenderungan yang demikian kompleks tersebut maka sungguh sangat mendesak bagi para da’ I untuk meningkatkan dan memperbarui sistem dakwahnya secara menyeluruh. Langkah-langkah pembenahan dan pembaruan harus dilakukan, antara lain melalui sejumlah agenda penting:
  • Pembaruan sistem dakwah meluputi tinjauan ulang dan perumusan pemikiran, konsep, dan model dakwah secara simlultan;
  •  Penyiapan tenaga-tenaga atau juru dakwah di berbagai level yang berkualitas baik dari segi komitmen, kemampuan, pengalaman, dan keahlian;
  • Penguatan infrastruktur dakwah meliputi pengadaan daya dukung sarana, prasarana, dana, dan instrumen-instrumen lain untuk meyukseskan pelaksanaan program dan kegiatan
  • Memperkuat dan memperluas jaringan ke berbagai pihak, selain membangun sinergi dan soliditas ke dalam, yang dapat memperluas daya sentripetal gerakan dakwah; dan
  •  Memperkuiat dan memperluas aksi-aksi dakwah yang bersifat langsung baik ke tingkat masyarakat menengah dan elite maupun massa-bawah atau akar-rumput dengan pendekatan-pendekatan baru yang lebih tepat-sasaran sebagaimana spirit dakwah kultural dengan menghindari cara-cara dakwah yang konfrontatif sebagaimana selama ini sering mewarnai langkah dakwah di sebagian kalangan Persyarikatan tanpa harus mengorbankan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Karena itu kini sangat diperlukan menggerakkan seluruh potensi dari selururh elemen dakwah untuk kepentingan revitalisasi dakwah yang demikian mulia, penting, dan strategis bagi masa depan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan. Mengemban dakwah yang berkualitas berarti meneladani sekaligus melangsungkan risalah dakwan Nabi Muhammad untuk membawa misi Rahmatan lil-‘Alamin di muka bumi ini. Maka sudah tak ada waktu lagi untuk centang peranang, apalagi gaduh dengan soal-soal sepela. Mari bangkitkan kembali ruh atau sukma dakwah ke arah yang lebih maju dan maslahat bagi kehidupan. Insya Allah selalu banyak jalan terbentang bagi siapapun yang mau bersungguh-sungguh.

Daftar Pustaka
Ø  Wahid, Fathul. 2004. E-Dakwah: Dakwah Melalui Internet. Gaya Media: Yogyakarta
Ø  Puteh Saifullah, YJakfar. 2006. Dakwah Tekstual dan Kontekstua; Peran dan Fungsinya Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umatl, AK Group: Yogyakarta
Ø  Suparta, Munzier. 2006. Metode Dakwah.  Kencana:J akarta
Ø  Muriah, Siti. 2000, Cet.I.  Metodologi Dakwah Kontemporer. Mitra Pustaka: Yogyakarta
Ø  Setiawan, Asep Iwan. Modul Perkuliahan  Sistem Informasi Manajemen Dakwah, Jurusan Manajemen Dakwah. Pada Pertemuan ke-3, Hari Senin Tanggal 20 September 2010
Ø  http://www.drury.edu/ess/church/church.html, diakses pada tanggal 30 Desember 2010




[1] Setiawan, Asep Iwan. Modul Perkuliahan  Sistem Informasi Manajemen Dakwah, Jurusan Manajemen Dakwah. Pada Pertemuan ke-3, Hari Senin Tanggal 20 September 2010.
[3] Fathul Wahid, e-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, Yogyakarta: Gava media, 2004. hal 30.
[4] http://www.drury.edu/ess/church/church.html, diakses pada tanggal 30 Desember 2010.

0 komentar:

Posting Komentar