Jumat, 01 April 2011 | By: Ahmad's

Permasalahan Dakwah

PERMASALAHAN DAKWAH

Persoalan dakwah yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan (entertain­ment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika.
Kerawanan moral dan etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya.
Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu.
Tidak asing lagi, akhirnya di negeri yang berbudaya, beradat dan beragama ini, kemaksiatan yang berhubungan dengan apa yang dinamakan sex industry juga mengalami kemajuan, terutama setelah terbukanya turisme internasional di berbagai kawasan, hingga menjamah wilayah yang semakin luas dan menjarah semakin banyak generasi muda dan remaja yang kehilangan jati diri dan miskin iman dan ilmu. Hal yang terakhir ini semakin buruk dan mencemaskan perkembangannya karena hampir-hampir tidak ada lagi batas antara kota dan desa, semuanya telah terkontaminasi dalam eforia kebebasan yang tak kenal batas.
Ledakan-ledakan informasi dan kemajuan teknologi dalam berbagai bidang itu tidak boleh kita biarkan lewat begitu saja. Kita harus berusaha mencegah dan mengantisipasi dengan memperkuat benteng pertahanan aqidah yang berpadukan ilmu dan teknologi. Tidak sedikit korban yang berjatuhan yang membuat kemuliaan Islam semakin terancam dan masa depan generasi muda semakin suram.
Apabila kita tetap lengah dan terbuai oleh kemewahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, ketika itu pula secara perlahan kita meninggalkan petunjuk-petunjuk Allah yang sangat diperlukan bagi hati nurani setiap kita. Di samping itu kelemahan dan ketertinggalan umat Islam dalam meng-akses informasi dari waktu ke waktu, pada gilirannya juga akan membuat langkah-langkah dakwah kita semakin tumpul tak berdaya.
Yang menjadi pemisah antara dakwah Islamiyah dengan jalan lain adalah petunjuk Allah yang disampaikan melalui wahyu dan jalan (contoh) yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW. Musuh kita yang sebenarnya adalah syaithan dan konco-konconya yang menjelma melalui al-hawa' (hawa nafsu) yang ada di dalam diri kita serta yang lebih nyata lagi adalah dalam bentuk jahiliyah yang zahir. Jahiliyah yang sekecil-kecilnya dari dosa-dosa yang berupa keingkaran hingga kepada al-kabair (dosa-dosa besar), bid'ah-bid'ah yang menyesatkan, nifaq (kemunafikan), serta kekufuran kepada Allah. Jahiliyah inilah yang seterusnya lahir dan menjelma di dalam bentuk keingkaran kepada Allah baik di dalam bentuk undang-undang, negara, masyarakat, dan segala bentuk sistem yang bukan berasaskan Islam.
Jadi intinya permasalahan dakwah yaitu diantaranya:
  1. Permasalahan internal maupun eksternal
  2. Kerawanan moral dan etika
  3. Kemaksiatan yang mengalamai peningkatan kualitas dan kuantitas
  4. Meledaknya informasi dan kemajuan teknologi
  5. Banyak yang terbuai oleh kemewahan hidup
  6. Kelemahan (sumber daya manusia) dalam berbagai bidang ilmu
Bertolak dari faktor-faktor tersebut, agar problematika dakwah tidak semakin kusut dan berlarut-larut, perlu segera dicarikan jalan keluar dari kemelut persoalan yang dihadapi itu. Dalam konsep pemikiran yang praktis, Prof. Dr. H. M. Amien Rais,MA. dalam bukunya Moralitas Politik Muhammadiyah, menawarkan lima ‘Pekerjaan Rumah’ yang perlu diselesaikan, agar dakwah Islam di era informasi sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif.
  1. Perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah dengan pembagian kerja yang rapi. Ilmu tabligh belaka tidak cukup untuk mendukung proses dakwah, melainkan diperlukan pula berbagai penguasaan dalam ilmu-ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
  2. Setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu membangun laboratorium dakwah. Dari hasil “Labda” ini akan dapat diketahui masalah-masalah riil di lapangan, agar jelas apa yang akan dilakukan.
  3. Proses dakwah tidak boleh lagi terbatas pada dakwah bil-lisan, tapi harus diperluas dengan dakwah bil-hal, bil-kitaabah (lewat tulisan), bil-hikmah (dalam arti politik), bil-iqtishadiyah (ekonomi), dan sebagainya. Yang jelas, actions,speak louder than word.
  4. Media massa cetak dan terutama media elektronik harus dipikirkan sekarang juga. Media elektronik yang dapat menjadi wahana atau sarana dakwah perlu dimiliki oleh umat Islam. Bila udara Indonesia di masa depan dipenuhi oleh pesan-pesan agama lain dan sepi dari pesan-pesan Islami, maka sudah tentu keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi peningkatan dakwah Islam di tanah air.
  5. Merebut remaja Indonesia adalah tugas dakwah Islam jangka panjang. Anak-anak dan para remaja kita adalah aset yang tak ternilai. Mereka wajib kita selamatkan dari pengikisan aqidah yang terjadi akibat ‘invasi’ nilai-nilai non islami ke dalam jantung berbagai komunitas Islam di Indonesia. Bila anak-anak dan remaja kita memiliki benteng tangguh (al-hususn al-hamidiyyah) dalam era globalisasi dan informasi sekarang ini, insya Allah masa depan dakwah kita akan tetap ceria.
Menyimak uraian-uraian di atas, dapat diprediksi bahwa missi dan tantangan dakwah tidaklah pernah akan semakin ringan, melainkan akan semakin berat dan hebat bahkan semakin kompleks dan melelehkan. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu semuanya harus dimenej kembali dengan manajemen dakwah yang profesional dan dihendel oleh tenaga-tenaga berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal.
Mengingat potensi umat Islam yang potensial masih sangat terbatas, sementara kita harus mengakomodir segenap permasalahan dan tantangan yang muncul, maka ada baiknya kita coba memilih dan memilah mana yang tepat untuk diberikan skala prioritas dalam penanganannya, sehingga dana, tenaga, dan fikiran dapat lebih terarah, efektif, dan produktif dalam penggunaanya. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan dan petunjuk agar kita tidak salah pilih dan tidak terlambat, insya Allah…Amiiin…
1. Permasalahan Dakwah Perspektif Materi
            Ada beberapa permaslahan dakwah perspektif materi yaitu diantaranya:
  1. Disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
  2. Disesuaikan dengan kadar intelektual masyarakat
  3. Mencakup ajaran Islam secara kaffah dan universal yakni aspek ajaran tentang hidup dan kehidupan
  4. Merespon dan menyentuh tantangan dan kebutuhan asasi dan kebutuhan sekunder
  5. Disesuaikan dengan program umum syariat Islam
  6. Adanya sumber kekuatan. Dimanakah sumber kekuatan dakwah? Sebenarnya, kekuatan bermula dari kekuatan Iman, kemudian diikuti oleh kekuatan Ukhuwah Islamiyah, kemudian barulah diikuti dengan kekuatan material dan organisasi.
  7. Wasilah-wasilah (jalan-jalan kerja) dakwah "Wasilah di dalam pembinaan dan pengukuhan setiap dakwah dapat dikenali oleh siapa saja yang mengkaji sejarah jamaah. Intisari dari wasilah ini dapat disimpulkan sebagai berikut: Iman dan Amal, Kasih sayang, dan Persaudaraan"
  8. Berangsur-angsur (tadarruj) di dalam langkah kerja Maksud tadarruj adalah kita tidak tergesa-gesa dalam bekerja mencapai tujuan. Segala amal harus disusun dan direncanakan mengikuti tingakatan-tingkatan atau tahap-tahap yang ditentukan. Misalnya, upaya pembentukan harus didahulukan daripada upaya-upaya lain di dalam medan yang lebih berat dan menantang. "Perlu adanya kesungguhan dan amal, serta usaha pembinaan (takwin) setelah kita melaksanakan upaya penjelasan kepada masyarakat umum. Kemudian diikuti dengan upaya pengasasan setelah kita melasanakan usaha mendidik"
  9. Kesempurnaan di dalam pelaksanaan (Takamul fi tatbiq). Imam Al-Banna menyebutkan bahwa dakwah Islamiah bukanlah parti politik, namun
    penegakan hukum Allah adalah salah satu tugas kita. Dakwah bukan pula satu mazhab fiqih, kuliah syara, atau institusi fatwa, namun lebih mementingkan syari'ah. Demikian pula, dakwah bukan lembaga sosial, tetapi kita mementingkan persoalan menjaga kebajikan masyarakat.
  10. Adanya evaluasi dalam berdakwah baik dalam penyampaian materi ataupun yang lainnya.
2. Permasalahan Dakwah Perspektif Metodologi
            Dalam penngertian yang sudah umum digunakan, metode difahami sebagai cara atau jalan (methodos). Kaitannya dengan kegiatan keilmuan adalah metode mengandung arti cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Berkaitan dengan itu, setiap cabang ilmu mengembangkan metodologinya (pengetahuan tentang berbagai cara) yang disesuaikan dengan objek studi ilmu-ilmu yang bersangkutan.
            Suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaianya dengan karakteristik objek kajian. Objek penelitian dakwah, misalnya, merupakan usaha yang dilakukan oleh jamaah Muslim (lembaga-lembaga dakwah) dalam rangka mewujudkan Islam dalam kehidupan fardhiyah (individu), usrah (keluarga), jamaah (masyarakat), sampai terwujudnya khairu ummah.
Ada beberapa rancangan dakwah yang dapat dilakukan untuk menjawab permasalahan dewasa ini, yaitu:
  1. Memfokuskan aktivitas dakwah untuk mengentaskan kemiskinan umat.
  2. Menyiapkan elit strategis Muslim untuk disuplai ke berbagai jalur kepemimpinan bangsa sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.
  3. Membuat peta sosial umat sebagai informasi awal bagi pengembangan dakwah
  4. Mengintregasikan wawasan etika, estetika, logika, dan budaya dalam berbagai perencanaan dakwah
  5. Mendirikan pusat-pusat studi dan informasi umat secara lebih propesional dan berorientasi pada kemajuan iptek
  6. Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan: ekonomi, kesehatan dan kebudayaan umat Islam. Karenanya, sistem manajemen kemasjidan perlu ditingkatkan
  7. Menjadikan sebagai pelopor yang propertis, humanis, dan transpormatif. Karenanya perlu dirumuskan pendekatan-pendekatan dakwah yang progkresif dan inklusif. Dakwah Islam tidak boleh hanya dijadikan sebagai objek dan alat legitimasi bagi pembangunan yang semata-mata bersifat ekonomis-pragmatis berdasarkan kepentingan sesaat para penguasa.
            Sifat kajian seperti ini tentu menghendaki pilihan metodologis yang lebih komfrehensif dan partisipatif karena sifat objeknya menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat. Suatu catatan penting dalam dakwah Rasulullah Saw yaitu fase Madinah dan Mekah ketika peristiwa hijrah. Karena dalam perspektif metodologi dakwah peristiwa ini dipandang sebagai langkah dakwah yang sangat revolusioner dan secara metodologis peristiwa hijrah setidaknya memberikan pesan dakwah yang sangat jelas.   
            Menurut Syariati (1995:15) hijrah adalah pemutusan keterikatan masyarakat terhadap tanah kelahirannya, yang dapat mengubah pandangan manusia terhadap alam dan mengubahnya menjadi pandangan yang luas dan menyeluruh, dan pada akhirnya hilangnya kejumudan, kemerosotan sosial, pemikiran dan perasaan sehingga masyarakat yang rigad dan jumud berubah menjadi masyarakat yang dinamis.
3. Permasalahan Dakwah Perspektif Profesionalisme
Dinamisasi kehidupan global yang semakin tinggi dan kompetitif telah mengiring umat manusia senantiasa memandang persoalan hidup secara pragmatis, logis, serba instan, dan bahkan matematis. Keadaan demikian di samping membawa manfaat berupa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin memudahkan aktifitas manusia, juga telah membawa implikasi negatif berupa lemahnya semangat transendental dan memudarnya hubungan-hubungan sosial. Implikasi ini berlangsung demikian lama, sehingga dewasa ini telah melahirkan berbagai kenyataan sosial yang cukup bertentangan dengan cita-cita ideal Islam.
Realitas sosial di atas ada yang tidak sesuai dengan cita ideal Islam, karenanya harus diubah melalui dakwah Islam. Mengingat kenyataan-kenyataan sosial tersebut banyak dijumpai dalam beberapa komunitas Islam dengan permasalahan yang berbeda-beda, maka diperlukan paradigma baru dalam melakukan dakwah Islam yang mempertimbangkan jenis dan kualitas permasalahan yang dihadapi oleh umat. Di sinilah institusi-institusi dakwah dituntut dapat melakukan usaha-usaha dakwah secara sistematis dan profesional melalui langkah-langkah yang srategis, sebagaimana yang diisyaratan dalam surat at-Taubah ayat 105:
È@è%ur (#qè=yJôã$# uŽz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( šcrŠuŽäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ  
Artinya: bekerjalah kamu (secara profesional) maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu. (Q.S AT-Taubah:105).
Untuk mengatasi berbagai persoalan umat yang begitu kompleks, institusi dakwah tidak cukup hanya dengan dengan melakukan program dakwah yang konvensional, sporadis, dan reaktif, tetapi harus bersifat profesional, strategis, dan pro-aktif.
Menghadapi sasaran dakwah (madu) yang semakin kritis dan tantangan dunia global yang makin kompleks dewasa ini, maka diperlukan strategi dakwah yang mantap, sehingga aktivitas dakwah yang dilakukan dapat bersaing di tengah bursa informasi yang semakin kompetitif. Pembenaran strategis terhadap unsur tersebut dapat dilakukan melalui langkah- langkah sebagai berikut:
  1. Peningkatan sumber daya muballigh/Da’i (SDM) 
  2. Pemanfaatan Teknologi Modern sebagai Media Dakwah
  3. Pengembangan Metode Dakwah Fardhiyah.
  4. Penerapan Dakwah Kultural
  5. Monitoring dan Evaluasi Dakwah
  6. Membuat Pemetaan (Peta Dakwah)


REFERENSI
Masyari, Anwar. 1992. Butir-Butir Problematika Dakwah Islamiyah. Surabaya: Bina Ilmu.
Asep Muhyidin, Agus Ahmad Syafei. 2002. Metode Pengembangan Dakwah. Pustaka Setia: Bandung.
Asep Saeful Muhtadi, Agus Ahmaf Syafei. 2003. Metode Penelitian Dakwah. Pustaka Setia: Bandung.

0 komentar:

Posting Komentar