DASAR-DASAR ILMU DAKWAH
A. Subjek Dakwah (Dai)
KataDa’i berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang mengajak. Menurut IstilahDa’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung, melalui lisan, tulisan, ataupun perbuatan kearah kondisi yang lebih baik menurut ajaran Islam.3 Sedangkan menurut kamus besar bahasa IndonesiaDa’i adalah orang yang kerjanya berdakwah; pendakwah: melalui kegiatan dakwah , menyebarluaskan ajaran agama.4Da’i dalam istilah lain disebut sebagai subjek dakwahseorangDa’i harus memiliki keistiqomahan dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyeru kepada jalan yang benar dengan cara-cara yang sesuai dengan Al-quran. Da’i adalah serang pemandu bagi orang-orang yang ingin mendapat keselamatan
hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu seorang dai memiliki kedudukan yang sangat penting di tengah-tengah masyarakat, dia menjadi figur bagi masyarakat. Pada dasarnya seorangDa’i memiliki tugas yang pokok yaitu meneruskan tugas rasul Muhammad saw, sebagai pewaris nabi yaitu menyampaikan ajaran Allah seperti yang termuat dalam Al-Quran, dan juga menyampaikan ajaran Rasul saw (as- sunnah).
B. Pesan Dakwah (Maudu)
Pesan atau materi dakwah adalah pesan-pesan atau segala sesuatu yang harus disampaikan olehDa’i kepada mad’u, yaitu keseluruhan ajaran Islam, yang ada di dalam Kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya. Secara umum pokok isi Al-Quran meliputi:
- akidah
- ibadah
- muammalah
- akhlak
- sejarah
6. prinsip-prinsip pengetahuan dan teknologi, yaitu petunjuk-petunjuk singkat yang memberikan dorongan kepada manusia untuk mengadakan analisa dan mempelajari isi alam dan perubahan-perubahannya.
- lain-lain berupa anjuran-anjuran, janji-janji, ataupun ancaman
C. Objek Dakwah (Mad’u)
Objek dakwah adalah manusia, mulai dari individu, keluarga, kelompok, golongan, kaum, massa, dan umat manusia seluruhnya. Manusia sebagai objek dakwah dapat digolongkan menurut kelasnya masing-masing serta menurut lapangan kehidupannya
D. Metode Dakwah (Uslub)
Di dalam al-Quran, ayat yang menyebut perkataan uslub sebenarnya tidak ada. Apa yang ada ialah pemahaman yang boleh diambil sewaktu Allah swt berfirman memerintah manusia menyeru ke jalan-Nya.
Apabila persoalan uslub didalam ayat tersebut diletakkan selepas daripada seruan dakwah, ayat tersebut menunjukkan bahwa uslub adalah perkara ke dua. Perkara paling utama adalah menyeru manusia terlebih dahulu, barulah berbincang mengenai uslub dakwah.
E. Media Dakwah (Wasilah)
Media dakwah adalah instrument yang dilalui oleh pesan atau saluran pesan yang menghubungkan antara dai dan mad’u. Pada prinsipnya dakwah dalam tataran proses, sama dengan komunikasi, maka media pengantar pesan pun sama. Media dakwah berdasarkan jenis dan peralatan yang melengkapinya terdiri dari media tradisional (gendang, rebana, bedug, siter, suling, wayang, dll), media modern (telephone, radio, tape recorder, surat kabar, buku, majalah, brosur, poster, dan pamplet), dan perpaduan kedua media tradisional dan modern (wayang, sandiwara yang bernuansa Islam dan ditayangkan televisi).
F. Tujuan Dakwah (maqasaid)
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini di maksudkan agar dalam pelaksanaan aktifitas dakwah dapat di ketahui arahnya secara jelas, maupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah dan media apa yang dipergunakan agar tidak terjadi miss komunikasi antara pelaksana dakwah dengan audience (penerima dakwah) yang hanya di sebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.
Meskipun definisi tentang tujuan dakwah bervariasi, namun pada hakekatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang dimanifistasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur, untuk mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individual serta kultural dalam rangka kehidupan manusia, dengan menggunakan cara tertentu.
A. Al-Hikmah
Hikmah dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau Allah. Dapat dipahami bahwa al-Hikmah adalah merupakan kemampuan dan ketepatan seorang da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. Al-Hikmah merupakan kemampuan da’i dalam menjelaskan ajaran-ajaran Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif.
B. Mau’izhah
Metode ini dipergunakan untuk meyuruh atau mendakwahi orang-orang awam, yaitu orang yang belum dapat berfikir secara kritis atau ilmu pengetahuannya masih rendah. Mereka pada umumnya mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan terlebih dahulu dan masih berpegang pada adat istiadat yang turun temurun. Kepada mereka ini hendak disajikan materi yang mudah dipahami dan disampaikan dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti
C. Mujadalah
Metode ini digunakan untuk menyeru dan mengajak orang-orang yang masuk golongan orang-orang yang masuk golongan pertengahan, yaitu orang yang tidak terlalu tinggi atau pendidikannya, dan tidak pula terlalu rendah.
Mereka sudah dapat diajak bertukar fikiran secara baik, dalam mencari kebenaran. Dan tidak terlalu sulit menerima dakwah yang disampaikan kepada mereka Berdasarkan firman Allah SWT.
1. PERCAYA PADA MABDA’ ISLAM
- Bahwa Islam adalah din yang diridhai Allah SWT dan sesuai dengan fitrah manusia2. BERANI DAN TEGAS
- Berani karena benar. Keberanian para pejuang kebatilan lebih berhak dimiliki oleh para da’i
3. SERIUS DAN SUNGGUH-SUNGGUH
- Dakwah menentukan tegak tidaknya Islam. Dakwah menentukan mulia tidaknya umat Islam. Dan dakwah Islam menentukan selamat tidaknya hidup kita di dunia dan akhirat. Maka, dakwah harus dihadapi sebagai persoalan hidup atau mati.
4. SABAR DAN TEGUH JIWA
- Dakwah akan berhadapan dengan sejuta rintangan. Seorang da’i harus sabar dan teguh jiwa untuk menghadapi semua. Orang yang ingin menghancurkan Islam saja melakukannya dengan penuh kesabaran
- Kehancuran Islam sudah demikian lama, secara sunatullah memerlukan waktu yang lama pula untuk membangunnya kembali
- Sabar bersumber dari kesadaran bahwa semua memerlukan proses, dan keberhasilan adalah semata buah dari proses itu.
- Keteguhan jiwa bersumber dari kekuatan ruhiyah dibina melalui ibadah mahdah (shalat malam, puasa sunnah, dzikr, membaca al-Qur’an dsb)
5. TAK HENTI TERUS BELAJAR
- Tidak ada kata berhenti belajar buat para da’i untuk terus menambah pengetahuan akan pemikiran, ide, hukum dan tsaqafah Islam (bhs Arab, fiqh, sirah dsb)
- Dari belajar, pemahaman bertambah, kesalahan diperbaiki sehingga kemampuan dalam berdakwah semakin meningkat.
- Belajar melalui membaca, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Serta belajar dari pengalaman. Maka seorang da’i tidak boleh berhenti mencoba hal baru dan berdialog dengan orang lain. Sikap open minded sangat penting bagi seorang da’i
6. TAK HENTI MEMPERBAIKI DIRI
- Da’i menjadi cermin pengetahuan dan pengamalan Islam bagi masyarakat. Maka, seorang da’i harus terus memperbaiki diri.
- Seorang da’i harus mengamalkan apa yang diserunya. Melakukan yang ma’ruf dan meninggalkan yang mungkar
- Dengan perbaikan terus menerus, akhlaq, ibadah, muamalah, keluarga dan semua yang tampak dari seorang da’i makin sempurna
- Kesalahan seorang da’i akan berdampak lebih buruk daripada kesalahan orang biasa
7. BISA BEKERJASAMA
- Dakwah bagi tegaknya mabda Islam harus dilakukan secara berjamaah. Tidak bisa sendirian. Membangun rumah saja perlu banyak orang, apalagi membangun rumah umat….
- Seorang da’i harus bisa bekerjasama, terutama dengan sesama anggota jamaah dakwah
- Keseriusan, kesungguhan, kesabaran, sikap istiqamah dalam dakwah serta upaya perbaikan dan pembelajaran terus menerus lebih mudah dilakukan dalam jamaah
1 komentar:
Makasih banyak infonya.
aku save dulu ya buat tugas,,
salam kenal BY : Gaptek
Posting Komentar