Kalau dihitung-hitung, masing-masing waktu kita sama : 60 detik dalam 1 menit, 60 menit dalam 1 jam, 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam sepekan dan seterusnya, anda hitung sendirilah waktu anda.
Namun kata Imam Al-Ghazali. Kalau orang umurnya 60 tahun rata-rata dan menjadikan 8 jam sehari untuk tidur, maka dalam 60 tahun ia telah tidur 20 tahun. Luar biasa…Banyak banget tidurnya ya. Lha prestasinya mana…?Itulah kebanyakan manusia.
Namun kata Imam Al-Ghazali. Kalau orang umurnya 60 tahun rata-rata dan menjadikan 8 jam sehari untuk tidur, maka dalam 60 tahun ia telah tidur 20 tahun. Luar biasa…Banyak banget tidurnya ya. Lha prestasinya mana…?Itulah kebanyakan manusia.
Apakah termasuk kita ?
Kita akui, kita orang biasa. Banyak keterbatasan, kekurangan, kelemahan, kegagalan, kemalasan de ell ell. Itu bukan masalah. Bagaimana di tengah keterbatasan itu kita dahsyatkan diri agar lahir prestasi tinggi.
Sejarah telah mencatat, banyak orang besar justru lahir di tengah himpitan kesulitan bukan buaian kemanjaan. Mereka besar dengan mengurangi waktu tidurnya, waktu bekerja, dan kesibukan mengurusi duniawi untuk memenuhi kebutuhan ukhrawi. Menyedikitkan tidur malam untuk bisa bangun malam. Sedikit canda untuk rasakan nikmatnya ibadah. Tak berlebihan dalam bergaul “tuk” rasakan lezatnya iman. Menahan diri dari maksiat agar tubuhnya tetap sehat.
Sejarah telah mencatat, banyak orang besar justru lahir di tengah himpitan kesulitan bukan buaian kemanjaan. Mereka besar dengan mengurangi waktu tidurnya, waktu bekerja, dan kesibukan mengurusi duniawi untuk memenuhi kebutuhan ukhrawi. Menyedikitkan tidur malam untuk bisa bangun malam. Sedikit canda untuk rasakan nikmatnya ibadah. Tak berlebihan dalam bergaul “tuk” rasakan lezatnya iman. Menahan diri dari maksiat agar tubuhnya tetap sehat.
“Tahun ibarat pohon, bulan-bulan laksana cabangnya. Hari-hari sebagai rantingnya. Jam-jam sebagai daunnya, dan nafas kita sebagai buahnya. Barangsiapa nafasnya selalu dalam ketaatan, maka orang itu telah menanam pohon yang baik.” (ibnul Qayyim, Al-Fawaid, hlm 164)
“Hari-hari adalah lembaran baru untuk goresan amal perbuatan. Jadikanlah hari-harimu sarat dengan amalan yang terbaik. Kesempatan itu akan segera lenyap secepat perjalanan awan. Dan menunda-nunda pekerjaan tanda orang yang merugi. Dan barangsiapa bersampan kemalasan, ia akan tenggelam bersamanya.” (Ibnul Jauzy, Al-Muhdisy, hlm 382)
“Hari-hari adalah lembaran baru untuk goresan amal perbuatan. Jadikanlah hari-harimu sarat dengan amalan yang terbaik. Kesempatan itu akan segera lenyap secepat perjalanan awan. Dan menunda-nunda pekerjaan tanda orang yang merugi. Dan barangsiapa bersampan kemalasan, ia akan tenggelam bersamanya.” (Ibnul Jauzy, Al-Muhdisy, hlm 382)
0 komentar:
Posting Komentar