Mahasiswa dengan Sejuta Kreativitasnya
Mahasiswa semua orang mengetahui siapa mereka, seorang yang berinteltual yang akan mendaji penerus negeri ini. Perannannya sebagai kaum elit menengah menjadikan mahasiswa sebagai seorang panutan secara intelektualnya. Mahasiswa sendiri memiliki jargon-jargonnya sebagai Agent of change. Of control, dan lain sebaginya. Seiring mahasiswa yang sering melakukan moral pos maka msyarakat pun memberikan julukan itu.
Namun saat ini sosok yang dulu sebagai pelopor pembaharu itu mulai pudar, mahasiswa sebagai kaum intelek mulai dipertanyakan oleh semua pihak. Munculnya tindakan-tindakan arogan dari mahasiswa yang mengatasnamakan perjuangan, kebebasan, rakyat kecil, dan kamuplase-kamuplse lainya menjaikan mahasiswa terpuruk, karena masyarakat tidak merasakan itu semua.
Yang ada adalah kepentingan mahasiswa itu sendiri, seperti halnya kaum hedonis atau mahasiswa apatis yang hanya mementingkan apa kebutuhan individu mereka sendiri, dan itu semua menular kepada kalangan mahasiswa yang disebut sebagai aktivis. Mahasiswa yang senantiasa berdemo tapai tidak tahau kenapa berdemo, terus menkritik tanpa autokritik, yang senantiasa berkecimpung akhirnya terjun bahkan bersikap seperti apa yang mereka kritik selama ini, maka mungkin ini yang soekarno bangsa yang tanpa konsepsi.
Bukan hanya kejadian itu saja, banyak tindakan-tindakan arogan dan anarkis yang muncul saat ini menjadikan citra mahasiswa semakin terpuruk, media yang semakin gencar mempublikasikan apa yang saat ini mahasiswa lakukan ternyata begitu banyak tawuran antar mahasiswa, demonstarsi yang memacetkan jalan dan tidak jarang menjadikan ajang baku hantap antara satuu dan yang lainya dan tanpa disadari itu semua tidak menjadikan titik cerah dimasa kegelapan ini.
Akan tetapi dilain dunia mahasiwapun mengantongi banyak keahlian dan segudang prestasi, baik dikalangan akademisi sebagai peneliti, sebagai konseptor, mahasiswa yang sanggup langsung turun dengan petani ke lading-ladang, yang tidak pernah berpikir akan ego bahwa mereka adalah mahasiswa.
Saat ini muncul virus dikalngan mahasiswa, bahwa mahasiswa sebagai kaum terpelajar maka tidak etis harus bekerja dan berjuang di luar perkantoran. Virus sarjana yang menjadikan ego ini menjadikan mahasiswa menjadi kaum elitis, padahal mahasiswa adalah kaum elit yang tidak elitis, konsep mahasiswa adalah egaliter.
Dimana mahasiswa adalah sosok muda yang masih penuh semangat, dengan segudang harapan-harapan. Atau mungkin ada benarnya apa yang dikatakan iwan fals sarjana muda yang putus asa akan perjuangan empat tahun lamanya tak berguna ijajahnya.
Mahasiswa harus mencoba keluar dari paradigm zona nyaman selama ini hidup senang dikosan-kosan, kurang uang tinggal minta, atau dengan aktivitasnya mencoba sengol kanan-senggol kiri dan kejumudan berpikir mahasiswa lainya.
Mahasiswa harus mulai berikap elegan dangan intelktualnya, bukan dengan arogansi bukan dengan sikap sok mahasiswanya menjadikan apatis terhadap fenomena social, dan lain sebaginya. Namun mahasiswa harus kembali kepada tridarma perguruan tinggi itu sendiri sebagai insane akademis, insane peneliti dan insane yang siap mengabdi kepada masyarakat demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur sesuai harapan para pendiri negara ini yang di cantumkan dalam pembukaan UUD ’45.
Maka sudah saatnya mahasiswa menyadari akan peran dan fungsi sebagai mahasiswa bukan hanya sebagai title/gelar, bukan hanya sekedar mengejar secarik kertas dengan harapan esok dapat bekerja dengan secarik kertas tersebut.
Negeri ini adalah titipan dari anak cucukita, bukan warisan nenek moyang kita. Maka apa yang bisa dilakukan untuk hari esok yang lebih baik? Tanpa arogansi, tanpa anarkisme, dan tanpa tindakan-tindakan yang menyjadikan masyarakat apatis terhadap mahasiswa itu sendiri karena kita akan kembali dan dipersiapkan untuk masyarakat yang yang sebenarnya.
Oleh : Jatnika Sadili
DEMA UIN SGD BDG 2010-2011
0 komentar:
Posting Komentar